Jumat, 29 April 2016

Teknik-teknik terapi Humanistik



“TEKNIK-TEKNIK TERAPI HUMNISTIK”

Terapi Humanistik
Tokoh nya antara lain Carl Rogers. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan pada pengalaman-pengalaman dasar. Tarapi ini juga memusatkan perhatian pada apa apa yang dialami pasien pada masa sekarang –“di sini dan kini”- dan bukan pada masa lampau. Tapi ada kesamaan antara terapi psikodinamik dengan terapi humanistic, yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan persaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien. 
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya, seperti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseling bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia bisa memaknainya.

Teknik-teknik Terapi Humanistik
1.       Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)
3.      Transactional Analysis (Eric Berne)
4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
5.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
UNSUR-UNSUR TERAPI
1.                  Munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2.  Tujuan Terapi
·Membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup manusia sendiri.
·Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
·Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
·Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
·Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan (3) memikul tanggung jawab untuk memilih.
3. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi pada pertumbuhan
•Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
•Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
Tujuan
Terapi emiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini.

Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
-  Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi ke pribadi
-  Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
-  Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
-  Berorientasi pada pertumbuham
-  Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
-   Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan akhir terletak di tangan klie
- Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangannya
-   Mengurangi kebergantungan dari klien terhadapnya
Referensi :
Semiun. Yustinus, OFM. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama

Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar