“TEKNIK-TEKNIK TERAPI HUMNISTIK”
Terapi Humanistik
Tokoh
nya antara lain Carl Rogers. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan
pada pengalaman-pengalaman dasar. Tarapi ini juga memusatkan perhatian pada apa
apa yang dialami pasien pada masa sekarang –“di sini dan kini”- dan bukan pada
masa lampau. Tapi ada kesamaan antara terapi psikodinamik dengan terapi
humanistic, yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan
pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan persaan-perasaan
individu sekarang, dan kedua-duanya berusaha memperluas pemahaman diri dan
kesadaran diri pasien.
Teori
humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara
ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling
lainnya, seperti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor
disini adalah menyadarkan konseling bahwa ia masih ada di dunia ini dan
hidupnya dapat bermakna apabila ia bisa memaknainya.
Teknik-teknik Terapi
Humanistik
1. Person-Centered
Therapy (Carl R. Rogers)
2. Gestalt
Therapy (Fritz Perls)
3. Transactional
Analysis (Eric Berne)
4. Rational-Emotive
Therapy (Albert Ellis)
5. Existential Analysis (Rollo
May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
UNSUR-UNSUR
TERAPI
1.
Munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan
psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat
eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung
jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat
di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi,
kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada
gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan
aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari
tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan
klien berpusat terapi.
2. Tujuan Terapi
·Membantu
individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup manusia sendiri.
·Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
·Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
·Membantu
klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas
arah kehidupan sendiri.
·Agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan
otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang, dan (3) memikul tanggung jawab untuk
memilih.
3. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi
Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke
pribadi
•Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat timbale balik dari hubungan
terapeutik.
•Berorientasi pada pertumbuhan
•Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien
sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan
akhir terletak di tangan klien.
•Memandang terapis sebagai model, bisa secara
implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien
serta meningkatkan kebebasan klien.
- Tujuan
Terapi emiliki
tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya.
Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan.
Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini.
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki
orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
- Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi ke
pribadi
- Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
- Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
- Berorientasi pada pertumbuham
- Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai
suatu pribadi yang menyeluruh
- Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan akhir
terletak di tangan klie
- Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangannya
- Mengurangi kebergantungan dari klien terhadapnya
Referensi :
Semiun. Yustinus, OFM. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung:
Refika Aditama
Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan
Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari
Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.